Jumat, 05 Desember 2008

MENGGAGAS SAMBOGUNUNG MASA DEPAN

Oleh : Mufarikh

Sorowako (2 April 2008) Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, berbagai pihak telah banyak melahirkan berbagai program, mulai dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan sektor swasta. Sebagai salah satu upaya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat desa di Luwu Timur, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (Kepala Bappedan Pemkab Lutim), Drs. Firmanza Dp. M.Si., mengundang para fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPMP)yang didanai Bank Dunia yang beroperasi di Lutim , dan PT International Nickel Indonesia Tbk (PT Inco), membahas berbagai program dan rencana peningkatan dan pemberdayaan masyarakat desa di Sorowako (2 April 2008). Selain jajaran Pemkab Lutim, hadir dalam pertemuan tersebut fasilitator PNPMP di Luwu Timur, dan perwakilan PT Inco yang dipimpin Manager Government Relations PT Inco, Rizal Kasli.
Agenda pertemuan antara lain membahas rencana, program, implementasi, hingga pemantauan dari program untuk masyarakat pedesaan yang digagas dan dikelola oleh Pemkab Lutim, pihak PNPMP dan PT Inco. “Melalui pertemuan ini kami ingin ada sinergitas program dari Pemkab Lutim, pihak PNPMP, dan program comdev PT Inco, sehingga hasilnya bisa lebih maksimal dan terkoordinir dengan lebih baik. Jadi, masing-masing tidak jalan sendiri-sendiri sehingga terkadang bisa menimbulkan tumpang tindih atau duplikasi padahal objeknya sama,” ujar Firmanza Dp. Acara dimulai dengan pemaparan visi, misi, dan rencana program comdev PT Inco tahun 2008, kemudian dilanjutkan dengan presentasi rencana dan program PNPMP untuk masyarakat pedesaan. PNPMP menjelaskan tentang konsep Desa Masa Depan yang sebagiannya mendapat bantuan dana dari Bank Dunia. Untuk itu, berbagai tahapan harus dilalui mulai dari tahap penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat desa, sosialisasi, peta sosial, perencanaan, hingga pelaksanaannya.
Kepala Bappeda Pemkab Lutim, Drs. Firmanza Dp. M.Si, juga menjelaskan berbagai dana stimulan dan dana-dana lainnya yang terkait untuk peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa. ”Pemda belum turunkan beberapa dana ke desa karena ada di beberapa desa, dana bergulir yang mandek, ujar Firmanza. Pemkab Lutim sendiri juga sudah merencanakan beberapa program untuk pedesaan.
Untuk tahun 2008, PT Inco sudah memiliki rencana program pemberdayaan masyarakat di empat kecamatan di Luwu Timur yaitu di Kecamatan Nuha, Wasuponda, Towuti, dan Malili. Rencana programnya fokus pada bidang pendidikan dan pelatihan, kesehatan, pertanian dan perkebunan, perikanan dan kelautan, infrastruktur, pengembangan usaha lokal, serta kegiatan sosial dan pelestarian budaya. ”Program comdev Inco diarahkan sejalan dengan visi, misi Kabupaten Luwu Timur yaitu ke arah agrobisnis,” ujar Idris Abdul Rasyd, Superintendent Community Relations PT Inco. Beberapa contoh program comdev yang sudah dan sedang direncanakan, lanjut Idris Abdul Rasyd, semisal budidaya ulat sutera, rumput laut, hingga ke pembuatan buku cerita-cerita rakyat Luwu Timur maupun buku pelajaran untuk siswa sekolah dasar yang memiliki kandungan lokal.
Firmanza menegaskan Pemda Luwu Timur meminta setiap pihak yang akan dan sudah terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat desa agar mengarahkan programnya sesuai dan sejalan dengan visi, misi Kabupaten Luwu Timur. ”Kami sangat berkomitmen untuk mencapai visi, misi Luwu Timur yaitu sebagai daerah agrobisnis. Jadi, desa-desa yang dikembangkan juga mengacu ke arah agrobisnis tersebut. Gagasan desa masa depan di Luwu Timur kelak juga ke arah agrobisnis, ” ujar Firmanza.

PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN

PERANAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN
Oleh : MUFARIKH


Pemuda dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan. Apakah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Pemuda dalam definisi sosial adalah generasi antara umur 20 – 40 tahun ( atau 18- 35 tahun dalam referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seorang manusia ialah antara umur 40 -60 tahun. Dari perbandingan di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa pemuda adalah penerus generasi sebelumnya untuk masa yang akan datang.

Akan tetapi peran pemuda dalam keberjalanan roda Negara tetaplah krusial. Banyak contoh di berbagai Negara, dimana titik tolak perubahan justru berawal dari perjuangan pemuda. Sangatlah wajar. Setidaknya ada dua rahasia besar kekuatan pemuda, yaitu kekuatan personal dan keunggulan mengorganisasi kekuatan. Al-qur’an mengabadikan keunggulan personal pemuda yang mempunyai sifat qowiyyun amiin ( kuat dan dapat dipercaya), hafiidzun aliim ( amanah dan berpengetahuan luas), bashthotan fil ‘ilmi wal jism ( kekuatan ilmu dan fisik ), ra’uufun rohiim ( santun dan pengasih ). Sifat-sifat unggul tersebut merupakan potensi besar, yang menumpuk pada individu pemuda, dimana masyarakat sangat mengharapkannya.

Rahasia berikutnya adalah keunggulan mengorganisasi kekuatan. Ada setidaknya lima faktor prinsip yang dipegang pemuda, dalam mengorganisasi kekuatan mereka, yaitu :
Kekuatan asas perjuangan
Kekuatan konsep dan metode perjuangan
Kekuatan persatuan
Kekuatan sikap dan posisi perjuangan
Kekuatan aksi dan opini : memiliki isu sentral, konsistensi misi, imun dalam perjuangan, kesinambungan aksi dan opini.

Pembangunan Hari Ini

Lihatlah keadaan hari ini, dimana pembangunan fisik dan mental negeri bergerak sangat lambat. Banyak bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai, masih juga belum diperbaiki, padahal keadaan itu sudah berlangsung lama. Atau proyek jalan tol yang terbengkalai bertahun-tahun. Belum lagi masalah kualitas pendidikan kita, yang hampir semuanya berorientasi membentuk kuli. Ini hanya secuil bagian dari besarnya masalah dalam pembangunan negeri ini.

Lalu bagaimana harusnya sikap pemuda? Setidaknya ada beberapa fakta yang mesti diperhatikan para pemuda, sebagai agen akselerator transformasi. Pemuda, adalah kelompok usia produktif yang memiliki potensi yang sama untuk mendapatkan status sosial ekonomi yang relatif mapan dan akan masuk ke dalam kelas menengah. Padahal, peran elit ( the rulling class ) dan kelas menengah ( middle class) sangat siginifikan dalam menggerakkan dan mengarahkan perubahan sosial, sebagai salah satu pilar pembangunan. Dan, The Rulling Class ini dibentuk dari kelas menengah, yang terdiri dari kelompok-kelompok strategis dari kalangan intelektual, pengusaha, birokrat dan militer. Nah, untuk melakukan mobilitas vertikal dan masuk ke dalam kelas menengah haruslah berbasis kompetensi, bukan patronase politik.

Dengan kenyataan di atas, maka ada agenda strategis, dalam rangka memelopori akselerasi pembangunan ini. Yaitu dengan mengelola dengan baik dan profesional seluruh insitusi kepemudaan, sebagai sarana perekrutan pemuda-pemuda potensial Indonesia dalam usia produktif. Selanjutnya, penguatan kelas menengah pemuda sebagai kandidat elit (the rulling class) dalam konteks sirkulasi kepemimpinan lokal dan nasional.

Dalam tataran aplikasinya, untuk saat ini, aktivis pelajar dan mahasiswa bisa bergabung dalam organisasi massa. Lebih mengkerucut lagi, bisa ormas politik. Dimulai dari aktivitas-aktivitas politik organisasi di kampus. Untuk pemuda yang sudah tidak lagi mahasiswa, mereka bisa berkecimpung lebih dalam di organisasi-organisasi keprofesian yang independen. Ini semua tidak lain adalah untuk mempertajam kompetensi dan profesionalisme, agar ketika mereka sudah menjadi bagian dalam the rulling class, mereka sudah siap.

Dengan kesiapan para pemuda menjalani the rulling class, akselerasi pembangunan dapat dimaksimalkan. Harapan ini tentulah bukan sebuah khayalan. Sejarah Indonesia sendiri telah menghasilkan individu seperti ini, contohnya, M. Natsir. Percepatan pembangunan harus dimulai dengan perubahan mental dan cara berfikir. Walaupun pemerintahan saat ini sudah on the track, tapi jalannya masih lambat. Dengan kematangan mental dan perbedaan cara berfikir yang segar, the next rulling class siap membantu dan mempercepat pembangunan negeri.

Sabtu, 25 Oktober 2008

SEJARAH DESA SAMBOGUNUNG



a. Asal-Usul (Legenda Desa)

Dari berbagai sumber sejara, khususnya silsilah yang ada bawha Desa Sambogunung, diambil dari nama seorang Dewi/Putri yaitu yang bernama Nyai Sambo. Nyai Sambo merupakan cucu dari Sunan Wuluh Giri. Nyai Sambo kawin dengan Pangeran Kusumo Yudho. Setelah masuk Islam Pangeran Kusumo Yudho diberi julukan dengan Kyai Abdul Jabar (Jojokan) makamnya sekarang ada di Jawa Barat.
Kyai Abdul Jabar (jojokan) anak ke-6 dari Prabu Brawijaya IV. Dari perkawinan antara Kyai Abdul Jabar dan Kyai Sambo melahirkan 8 anak. Anak yang pertama diberi nama Kyai Abdullah Sambo. Dari sejarah tersebut akhirnya tempat kelahiran Kyai Abdullah Sambo diberi nama Desa Sambo.
Sedangkan gunung diambil dari kata geneng. Konon menurut cerita bahwa sambo merupakan lautan/segoro. Karena erosi (perubahan alam) segoro tersebut menjadi daratan, ada dataran tinggi dan ada dataran rendah. Sejak saat ini maka desa sambo terbagi menjadi dua bagian yaitu Sambo yang terletak di dataran rendah (Sambopinggir) dan Sambo yang terletak di dataran tinggi (Sambogeneng). Kemudian istilah Sambogeneng diganti dengan Sambogunung.
Sementara itu menurut sejarah menyebutkan bahwa yang menyebabkan komunitas di desa Sambogunung bertambah lebih banyak adalah keturunan dari Kyai Abdullah Sambo. Salah satu keturunannya adalah Buyut Nuriman. Dari sinilah sehingga penduduk Sambogunung terus bertambah sebagaimana sekarang ini.
Untuk mengenang jasa dan perjuangan Kyai Abdullah Sambo di desa Sambogunung, maka dibangunlah Mushollah yang diberi nama Musholla Abdullah.


b. Sejarah Pemerintahan Desa

Dulu desa Sambogunung dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dulu disebut Petinggi/Lurah. Untuk melaksanakan kegiatannya Lurah/Petinggi dibantu oleh Kebayan, Kamituwa,Carik, dll.
Dengan terjadinya perubahan Peraturan Pemerintah baik Pusat maupun regional dan Peraturan Desa, maka Pemimpin Desa yang dilunya disebut Petinggi kemudian digandi dengan Kepala Desa, Carik diganti dengan Sekretaris Desa Kebayan diganti dengan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari 6 Kepala Urusan, yaitu : Kaur Umum, Kaur Pemerintahan, Kasi Keamanan dan Ketertiban, Kasi Ekonomi dan Pembangunan, Kasi Agama, dan Kasi Sosial Budaya.
Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat di desa Sambogunung adalah sebagai berikut :

1. Ngarip/H. Yusuf (1850 – 1900 M)
2. Nasiyo (1901 – 1955 M)
3. Bashar M ( 1956 – 1989 M)
4. H. Musa A. Majid, S.Pd ( 1990 – 2007 M)
5. Moh. Syaiful Bahri ( 2006 – Sekarang )